Aku kembali terpuruk di sudut itu
Mengetuk papan kekunci di atas meja berdebu
Malam yang kian kelam tidak dihiraukan
Jari-jemari terus laju mengetuk
Melontarkan segalanya yang meyesak dada
Terketar-ketar diri menahan perasaan
Rasa sakit itu kian terasa
Air mata kembali bertakung di tubir mata
Hanya menunggu masa untuk tumpah ke bumi
Alam sekeliling tiba-tiba menjadi pana
Hilang sudah seluruh pancaindera
Yang ada hanyalah hati yang bagaikan tersiat-siat
Kemudiannya menjadi cebisan-cebisan kecil
Tuhan, dulu aku kata aku terima dengan ikhlas
Tetapi kini kenapa aku yang menangis?
No comments:
Post a Comment