Thursday, September 16, 2010

Kembali Melihat Dirimu

Bagaikan begitu perlahan
detik yang berlalu
ingin sekali aku cepatkan waktu
agar malam segera berlalu
siang pula berlabuh

Seperti begitu lama
kita terpisah jauh
saat ini aku masih menanti
agar waktu itu tiba juga
kembali untuk melihat dirimu

Kesepian

Tubuhnya sudah dingin
Lama sudah dibiarkan sepi
Namun jiwanya masih hangat
Sehangat cinta yang masih mekar

Kamar kelam itu jadi saksi
Bagaimana seksa dia sendiri
Hanya berteman dinding bisu
Yang juga tuli dan kaku

Bagaimana akhirnya nanti
Haruskah dia terus begitu
Membiarkan diri terus dirantai
Oleh kesepian yang tiada penghujung

Wednesday, September 15, 2010

Cinta Menurut Perspektif Aku

Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan
Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan semangat ~Hamka

Salah satu petikan yang aku suka adalah seperti di atas ini. Ayat yang mudah dan ringkas tetapi cukup bermakna apabila difikir dan difahami. Cinta itu terlalu luas pengertiannya. Terlalu universal untuk didefinisikan. Terlalu subjektif juga untuk ditakrifkan. Tetapi yang pasti cinta itu sangat berkuasa. Kenapa aku katakan begitu? Kerana cinta itu boleh membunuh. Tidak kisah bagaimana situasi pun, cinta itu mampu membunuh. Membunuh kewarasan fikiran, kerasionalan diri dan juga keimanan. Tetapi andai cinta itu mampu ditangani dengan baik, Insya-ALLAH cinta yang lahir itu adalah cinta yang suci dan ikhlas. Cinta yang paling agung dan hakiki pasti saja adalah cinta ALLAH SWT. Sebagai seorang hambaNya, kita harus takut andai kita tidak dapat memiliki cintaNya. Bukan bersedih dan menangisi cinta sesama manusia yang telah hilang dan pudar. Aku menulis menurut pendapat dan buah fikiranku tetapi aku juga manusia biasa, yang tidak lepas daripada berasa kesal dan sedih disebabkan cinta. Tetapi aku juga berharap semoga aku dan kita semua tahu definisi sebenar sebuah cinta. Barulah kita sedar apa yang tersirat di sebalik rasa cinta itu. Kita tidak bersalah untuk mencintai kerana itu merupakan lumrah kehidupan. Mencintai dan dicintai adalah perkara biasa yang terjadi dalam kehidupan kita. Cinta itu indah tetapi kekadang cinta itu juga menyeksakan.

Cinta tidak pernah memaksa kita menjadi lemah tetapi diri kita sendiri yang memilih untuk menjadi lemah. Cinta tidak pernah menyuruh kita untuk menghinakan diri tetapi diri kita sendiri kelihatan hina apabila cinta itu menguasai diri.

Aku bukan ahli yang arif dalam hal cinta tetapi aku merupakan seorang manusia biasa dan hambaNya yang punya rasa cinta…

Aku Masih Di Sini

Malam kian kelam
Saat ini aku masih di sini
Mengetuk papan kekunci untuk melahirkan bait-bait kata
Bait-bait kata yang menceritakan segala perasaan di jiwa

Sunyinya saat ini
Sehinggakan aku boleh terdengar degupan jantungku sendiri
Sepinya malam ini
Seperti sepinya hatiku yang telah lama ditinggalkan kosong

Aku masih terdampar di sini
Membilang detik yang begitu lambat berlalu
Mengira bintang-bintang yang bertaburan di dada langit
Sambil ditemani melodi rindu yang bernyanyi di hati

Sedingin Cintamu

Jendela kamar dibuka
Menderu angin dingin menampar wajahku
Hujan yang turun renyai-renyai seakan tahu isi hatiku
Sesekali aku memeluk tubuh
Cuba menghangatkan diriku sendiri
Terketar-ketar aku menahan susana dingin yang menyelubungi
Ingatan mula tumpah terhadap dirimu
Dakapan cintamu yang selalu menghangatkan
Tapi itu dulu
Kini cintamu terlalu dingin
Sedingin hujan yang sedang membasahi bumi
Dalam diam ada air hangat yang menitis
Aku menyeka air mata di pipi buat sekian kalinya
Lalu ku tutup jendela rapat-rapat
Seperti rapatnya hatiku yang sudah tertutup buat dirimu

Kenapa Aku Yang Menangis?

Aku kembali terpuruk di sudut itu
Mengetuk papan kekunci di atas meja berdebu
Malam yang kian kelam tidak dihiraukan
Jari-jemari terus laju mengetuk
Melontarkan segalanya yang meyesak dada
Terketar-ketar diri menahan perasaan
Rasa sakit itu kian terasa
Air mata kembali bertakung di tubir mata
Hanya menunggu masa untuk tumpah ke bumi
Alam sekeliling tiba-tiba menjadi pana
Hilang sudah seluruh pancaindera
Yang ada hanyalah hati yang bagaikan tersiat-siat
Kemudiannya menjadi cebisan-cebisan kecil

Tuhan, dulu aku kata aku terima dengan ikhlas
Tetapi kini kenapa aku yang menangis?